Monday, December 22, 2014

My Last Post.

Pertama kali gue bikin blog ini gue berfikiran untuk membuat sebuah jurnal hidup gue, Yang bisa gue baca dan nikmatin ketika gue tua nanti, sekaligus untuk mengasah kemampuan menulis gue karna gue dulu terinspirasi jadi penulis yang gak cuma bisa bikin orang ketawa dan nangis oleh tulisan-tulisan gue, tapi juga bisa ia bawa pulang dan diceritakan kepada keluarga atau kerabat-kerabatnya, dan bisa di jadiin sebuah inspirasi juga tentunya (meskipun tulisan-tulisan gue kayaknya gak ada yang menginspirasi sama sekali).

Gue memulai tulisan ini semenjak gue SMK, dari jamannya gue masih jadi ABG Alay yang suka galauin mantan sampe doyan modusin gebetan. Semua hal gue tulis disini, mulai dari peristiwa-peristiwa absurd yang dikaruniai tuhan kedalam kehidupan gue seperti ketika gue PKL, ketika gue bikin grup detektif, atau yang lainnya, sampai kegelisahan-kegelisahan yang nyangkut di otak gue kayak tulisan 'bintang dari masalalu' tulisan gue tentang galau, tentang move on, semuanya gue tulis, dan gue ceritakan ke para pembaca di blog ini. Terima kasih yang udah setia mau baca blog gue, sampe sekarang gue bahkan gak ngerti kenapa kalian mau baca tulisan gue. Tapi gue sangat menghargai kalian yang udah mau disita waktunya sama tulisan-tulisan gue. I love you guys.

Tapi masalahnya, di setiap gue buka blog gue ini, yang gue rasakan adalah rasa sakit. Iya, luka yang masih basah akibat orang-orang yang pernah mengaku sayang sama gue robek lagi ketika gue membuka blog ini, ya yang akhirnya bikin gue keinget lagi sama mereka. keinget sama seseorang yang meninggalkan gue dengan alasan 'gue gak bisa dewasa'. Bikin gue keinget sama seseorang yang mengaku sahabat tapi sebenarnya dia ingin bersahabat karena sesuatu lalu mulai menjatuhkan gue hingga akhirnya bikin gue trauma sampe sekarang takut punya teman lagi dan bikin gue selalu menolak ajakan-ajakan teman-teman gue lainnya untuk sekedar nongkrong atau ngumpul karena rasa takut. Dan bikin gue keinget sama seseorang yang bisa bikin gue nyaman untuk cerita apapun ke dia, dan bikin gue tersenyum sepanjang hari karena semalamnya mendengar celoteh panjangnya, dan kemudian entah kenapa pergi tanpa alasan.

Dan gue beberapa bulan ini mulai belajar terkadang kita memang harus berhenti, dan gue memutuskan untuk berhenti membuka blog ini entah sampai kapan. Gue pun juga udah mulai makin disibukan sama hal-hal yang menyangkut masa depan gue. Biar tulisan ini menjadi kenangan yang bisa gue baca ketika gue tua nanti. Tapi meskipun gue berhenti untuk menulis blog ini, bukan berarti gue berhenti untuk berkarya, matahari yang terbenam pun masih akan tetap bercahaya kan? Gue mungkin suatu saat akan membuka blog ini lagi dan mulai menulis lagi, atau gue akan menulis sebuah buku, atau tulisan-tulisan lain, entahlah gue masih belum memikirkan hal lain selain cara meraih cita-cita gue yang sulit banget ini.

Gue pengen ngucapin terimakasih buat orang-orang yang mau terlibat di dalam hidup gue. Buat Alfiya Dinni yang udah menjadi inspirasi dari tulisan-tulisan gue, buat Lita yang selalu jadi yang pertama komen blog gue, buat Soldade yang muka-mukanya terpampang di blog gue, buat Reta yang udah membiarkan gue menunjukan betapa lebarnya jidatmu di salah satu tulisan gue, buat Doni (nama masih disamarkan) yang udah memberikan kisah hidupnya untuk gue tulis, buat Zahra (ini juga disamarkan) yang mau mendengaarkan curhat-curhat gue dan pernah memberikan gue beberapa nasehat, buat pak Adi (kalo ini nama beneran) yang udah mau baca dan pernah khilaf untuk menerbitkan gue buku, hehe maaf ya pak kita gak jodoh. buat Raditya Dika dan Arief Muhammad yang menginspirasi gue buat bikin blog ini, Dan buat kalian para pembaca yang udah mau menyita waktunya untuk membaca kisah hidup gue tiga tahun belakangan ini. Makasih banyak banget dan maaf banget kalo ini harus berakhir.

So, this is the end of my journal. Mulai hari ini blog ini akan tidur panjang.

Thankyou so much. 

I'm Out.

Monday, November 10, 2014

Kepada Kamu, Dengan Penuh Kerinduan

Aku inget ketika pertama kali kita bertemu, ketika itu kau terlihat sayu, kurus dan pucat. Seketika itu pun aku sadar, kalau kamu ada masalah dengan hatimu.
Aku ingat waktu pertama kali aku menanyakan siapa namamu, nama yang terasa sangat asing hingga sulit untuk aku ingat. Namun sekarang, dua kata itu sudah terlalu sulit untuk aku lupakan.
Aku ingat ketika kita membeli batik couple untuk kita pakai di hari jum'at disaat PKL. Namun ketika kita datang ke sekolahku dengan menggunakan batik itu, ternyata guru-guru di sekolahku memakai batik dengan corak yang sama.
Aku ingat hal-hal bodoh yang kita lakukan, seperti ketika waktu kita sekolah dulu, kita tidak boleh berkomunikasi dengan lawan jenis lainnya, selalu ada sumpah atas nama tuhan di setiap malam, dan aku pun sekarang sadar itu hal terbodoh yang pernah kita lakukan, kamu pun setuju kan?

Aku rindu masa-masa kita bersama. Ketika kita menghabiskan waktu hanya untuk berbincang-bincang di ruang belakang rumah tante ku, atau menonton dvd di rumah ibu ku.
Ketika kita tetap memaksa saling bercengkrama meskipun hari sedang terik, atau ketika aku tertidur di paha mu disaat hujan deras.

Aku rindu masa-masa kita bersama. Aku rindu disetiap detiknya ketika kau mengurusku dikala aku sedang sakit. Kau mengobati ku, menyuapi aku makan, dan memanjakan ku. Rasanya seperti aku ingin terus merasakan sakit asal kamu tetap memanjakan ku seperti ini. Bahkan kau pun tak segan memelukku tanpa khawatir tertular. “Tubuh aku mah kuat." Kata kamu disetiap aku takut kamu tertular.

Aku rindu masa-masa kita bersama. Terlebih masa kita sekolah dulu. Ketika aku dapat kabar kamu pingsan, lalu aku izin di tengah pelajaran agar bisa menghampiri kamu di sekolahmu. Dan ternyata kamu hanya berbohong, kamu malah cengengesan ketika melihat muka ku panik di depan gerbang sekolah mu. Lalu aku kembali kesekolahku meski aku harus basah kuyub karena hujan deras. Hujan terkonyol yang pernah aku rasakan.

Sekarang semua telah berbeda, tak ada lagi ucapan selamat pagi darimu. Setiap film yang aku tonton di bioskop terasa beda karena tak ada kamu tempatku bersandar. Lagu “Just give me a reason" yang ku nyanyinkan tak akan pernah terasa sama karena tidak ada lagi suara cempreng mu di dalamnya.

Dan masih banyak lagi kenangan-kenangan yang terekam dan terputar di otak ku hingga aku tidak tidur semalaman. 3 tahun bukanlah waktu yang sebentar, sayang. Cukup banyak memori kita yang membuat ku tersenyum dan menangis disaat bersamaan. Membuat aku tersadar, bahwa aku rindu kamu. Atau dengan kata lain yang lebih menyedihkan....

Aku rindu kita.

Thursday, November 6, 2014

Tentang Sebuah Perpindahan Bagian Terakhir

Yap, jadi udah beberapa hari ini gue akhirnya pindah ke tempat yang baru, gue di tempatkan di Pasific Place. Disitu gak enak, tempatnya sepi, teman-temannya cuma sedikit, dan teman-teman gue disitu rata-rata umurnya udah 25an keatas, jadi udah pada tua, jadi gak terlalu nyambung untuk bercanda. Tentu hal ini sangat membuat gue gak nyaman dan bikin gue malas untuk berkembang. Tapi karena ini tuntutan dan gue dibayar, mau gak mau harus gue ikutin. Dan kata Zahra pun, “Apapun yang dipilih, jalanin." Oke gue bakal jalanin. Lagipula ini masih seperti pindah hati kok. Ketika kita berkenalan dengan orang baru pasti kita akan membanding-bandingkan dia dengan mantan kita. Ingat kasus Dini kan? Kalau ada yang belum tahu tentang Dini, klik disini. Btw, tuh anak kabarnya gimana ya?

Kalau untuk soal pindah hati? Ya semenjak putus itu gue langsung kehilangan arah karena memang gue gak punya siapa-siapa lagi. Seperti yang kalian tahu gue jauh dari orang tua maupun saudara-saudara gue. Seorang teman pernah menyarankan untuk mencari pasangan lagi. Dan perjalanan mencari pasangan ini cukup panjang buat gue. Banyak teman-teman gue yang mengenalkan gue kepada teman-temannya yang jomblo. Dan entah karena trauma atau apa, gue pun jadi insecure dan jadi pilih-pilih yang ciri-cirinya jauh dari mantan gue itu. Ketika gue ingin dikenalkan kepada cewek yang berkerudung, gue menolak. Ketika dikenalkan dengan yang pendek dan sekal, gue menolak. Ketika gue dikenalin sama yang jenggotnya sampai leher, gue juga menolak.
Dan sayangnya, cewek-cewek yang gue suka justru malah gak tertarik sama gue. Dan entah kenapa cewek-cewek yang tertarik sama gue ini malah cewek-cewek yang aneh. Gue bukannya menarik perhatian cewek-cewek yang cantik, malah yang dateng cewek-cewek yang aneh, dari yang bau kaki sampai yang mukanya kayak kaki. Pernah baru-baru ini gue deket sama seorang cewek cantik, orangnya aktif dan selalu ngegodain gue. Tapi ternyata baru-baru ini gue baru tahu dia udah punya anak. Iya dia nikah muda dan lagi renggang sama suaminya, ya namanya bocah. Dan ini beneran. Kalo udah begini gue putar balik bubar jalan. Gue bukan tipe orang yang suka ngerebut kebahagiaan orang lain demi kebahagiaan sendiri, kalo gue begitu gue sama aja kayak anjing yang ngerebut kebahagiaan gue itu. Dan masih banyak cewek-cewek yang dekat sama gue namun gue masih belum merasa nyaman untuk terlalu serius. Nampaknya, hukum banding dengan mantan masih tertanam di otak gue. Hingga akhirnya, Lita bilang sama gue, “Jangan terlalu keras sama diri sendiri, perbaikin diri aja dulu."

“Iya sih, gue rasa gue cuma butuh orang yang bener-bener ada disamping gue aja, gue bener-bener gak punya siapa-siapa sekarang." Jawab gue. “Tapi ada seseorang yang lagi bener-bener gue perjuangin Ta. Gue tahu ini gak bakal mungkin dan meskipun mungkin gue harus berjuang bertahun-tahun. Gak tahu kenapa, keinginan gue kali ini gue besar banget." Lanjut gue.

“Ya seperti yang lo bilang Ra, “Perjuangun apa yang lo rasa pantes untuk lo perjuangin"." Balas Lita.

Gue cuma diam dan sedikit tersenyum.

Berbicara tentang kepindahan, dalam hidup kita pasti akan menemui kepindahan-kepindahan entah itu hal yang besar ataupun hanya kepindahan-kepindahan kecil.

Seperti dulu ketika gue masih kecil, gue sering berpindah, yang tadinya gue tidur bersama orang tua gue hingga akhirnya gue pindah tidur sama abang gue, dari yang tadinya gue hanya bermain bersama Haekal sahabat gue hingga akhirnya kami bergabung dengan anak-anak lainnya, kemudian gue pindah-pindah rumah, orang baru, lingkungan baru, kebiasaan baru.

Lalu kepindahan sekolah, dari SD ke SMP lalu ke SMP lainnya dan ke SMK, teman-teman baru, sahabat baru, genk-genk baru, cara bercandaan baru. Kepindahan anggota keluarga, ketika keluarga gue mulai saling memisahkan diri masing-masing ketika perasaan dan fikiran mereka mulai berpindah tujuan.

Dan banyak perpindahan-perpindahan yang ada di diri gue seperti perpindahan cita-cita gue yang tadinya mau jadi Superman lalu karena kebanyakan main counter strike gue pengen jadi teroris, kemudian pengen jadi DJ, koki, atau pelaut yang bisa keliling dunia dan tak perlu menikah karena gue bisa bertemu cewek di setiap tempat gue berlabuh, kemudian menjadi pemain band, manajer sepakbola, dan sekarang cita-cita yang lebih sederhana seperti penulis, sutradara dan (tetep) pemain band. Kemudian perpindahan hati dari satu cewek ke cewek lainnya, dari perasaan biasa-biasa aja pindah menjadi perasaan sayang dan kemudian pindah menjadi perasaan ingin melindungi. Dan masih banyak lagi perpindahan-perpindahan kecil seperti perpindahan gaya rambut, cara berpakaian, genre musik, dan banyak lagi yang bikin gue makin sadar bahwa kita sebagai manusia pasti akan pindah. Tergantung kita berani untuk menghadapinya atau tidak. Meninggalkan zona nyaman kita ke ruang kosong yang baru, yang kita belum tahu seperti apa nantinya. Dan satu-satunya yang bisa kita lakukan hanyalah menerima.

Fajar mulai menyingsing, ayam mulai berkokok, lampu-lampu pun mulai dimatikan, gue kembali meminum secangkir cokelat panas, memindahkannya dari cangkir kemulut gue, kemudian pindah dan menghangatkan tenggorokan gue sebelum di proses di dalam perut gue. Matahari mulai menyingsing, berpindah kembali menyinari Indonesia setelah pergi untuk menyinari negeri lain. Embun pun mulai terjadi, dari zat gas berpindah ke zat cair, lalu membasahi dahi gue beberapa detik lalu menghilang. Tak beberapa lama, gue dikejutkan oleh rintik-rintik hujan kecil. Siklus perpindahan yang rumit ketika air laut menguap menjadi awan di langit biru kemudian awan berpindah tertiup angin menuju langit lainnya, lalu mengembun menjadi hujan. Gue kembali melihat langit yang berwarna abu-abu ini, kemudian tersenyum. Sepertinya gue hanya perlu mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil diantara perpindahan-perpindahan ini.