Ramai. Berbondong-bondong orang masuk kedalam rumah minimalis bernuansa hijau muda itu. Isak tangis terdengar saling bersahutan. Dari yang menangis sesak tak bersuara, sampai yang meraung-raung penuh duka pun ada. Bahkan ada seorang lelaki kekar yang berseragam polisi menangis. Dengan penuh duka. Menyayat hati. Apa yang sedang terjadi mungkin telah membuat hatinya terasa terhimpit. Cukup aneh sebenarnya melihat lelaki kekar menangis se-begitu sesaknya. Apalagi dia adalah seorang polisi, sosok yang biasanya terlihat licik, bengis, dan gak tahu diri. Tapi ya memang tak semua polisi seperti itu kan? meski memang kebanyakan seperti itu. Lalu apa yang terjadi sebenarnya?
Sesosok wanita datang. Sosok manis keturunan belgia dengan tinggi sekitar 165cm, berkulit putih dengan rambut shaggy lurus se-bahu berwana coklat. Dia adalah Adriana. Dia terlihat begitu gelisah, sedih, dan bingung. Ia memasuki rumah itu perlahan, rumah yang sudah 6 bulan tidak ia datangi. Dengan perlahan ia memasuki rumah itu.
"Assalamualaikum". Ucap-nya pelan namun cukup untuk membuat semua orang yang ada diruangan itu menoleh kearahnya.
Ia merasa canggung. Ia masuk secara perlahan menuju sosok yang terbaring ditengah kerumunan. Mata semua orang tertuju padanya, ada yang terlihat heran, ada yang terlihat bertanya-tanya, ada pula yg terlihat kesal. Kemudian Ia duduk, pandangannya tak lepas dari sosok yang berbaring itu. Sosok mayat dengan jahitan di perut dan dadanya. Begitu terkejut ia dengan sosok itu, antara percaya tak percaya, penyesalan tampak diwajahnya. Ia terdiam, semakin lama ia melihat sosok itu, semakin terhimpit paru-parunya, semakin sesak dadanya, semakin besar penyesalannya. Ia memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Mencari udara segar, menyalakan rokoknya. Tak terasa matanya mengeluarkan air mata, tapi ia tetap berusaha tegar. Namun Ia tetaplah wanita, airmatanya tetap mengalir deras melewati pipinya, meski tanpa isak tangis, meski tanpa suara.
"Adriana". Sapa seseorang lelaki hitam manis bertubuh kurus dari belakang.
"Radit". Adriana menoleh kearahnya sambil menghapus airmatanya. "Kenapa dit?"
"Lo kemana aja na? Virgo nungguin lo lama di tempat pertama kali kalian ketemu. Kemana aja lo?"
"Maaf Dit, gue ngaku kalo gue salah. Gue nurutin gengsi gue. Tapi gue gak tahu kalo kejadiannya bakal kaya gini dit." Adriana mulai mengeluarkan airmata-nya lagi. "Memang, gimana kejadiannya dit? Kenapa bisa begini?".
"Gue gatau na".
"...." Hening.
"Kamu yang bernama Adriana?" Tanya seseorang berseragam polisi yang berada tak jauh darinya.
"Iya pak, kok bapak bisa kenal saya?" Tanya Adriana dengan wajah heran.
"Siapa yang tak kenal kamu saat ini?" Balas polisi itu dengan senyum. Meski tetap terlihat kepahitan di wajahnya.
"Bapak kenal dengan Virgo?".
"Saya yang menemani Virgo menunggu kamu."
"Hah? Jadi bapak mengetahui semuanya?"
"Iya, saya sangat terharu dengan perjuangannya. Kenapa kamu tak kunjung datang?"
"........." Adriana terdiam.
"Maaf membuat kamu semakin sedih nak."
"Tak apa pak, bisa bapak ceritakan apa yang terjadi?"
"Jadi, Semua dimulai dari...."
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Lo yakin mau ngelakuin ini Vir? Udah gila lo?" Tanya Radit dengan kaget setelah Ia mengetahui apa yang Virgo ingin lakukan.
"Iya Dit. Semoga gue bisa ketemu sama Dia lagi." Kata Virgo.
"Tapi dia kan diluar kota Vir. Gimana lo bisa ketemu dia? Gak mungkin dia tahu lo nungguin dia disitu."
"Gak ada salahnya kalo gua coba dulu kan?". Kata Virgo Kekeh. "Lagi pula gua Laki-laki, Udah 19 tahun. Gua bisa jaga diri gua sendiri".
"Hft, Dasar keras kepala". Radit menyerah dengan sikap sahabatnya itu. Ia pun sebenarnya percaya jika Virgo bisa menjaga dirinya baik-baik. "Kapan lo mau berangkat?"
"Sekarang".
Radit mengacak-acak rambutnya sendiri.
-------------------------------------------------------------------------
Virgo berjalan kaki menuju pertigaan Sevel Senayan. Disitulah tempat pertama kali Virgo dan Adriana bertemu. Iya, dia akan tinggal berhari-hari disitu, dia membawa kantung tidurnya dan meletaknyannya disudut jalan. Ia mulai mengambil foto Adriana dan berdiri dipinggir jalan. Ketika ada orang lewat, ia akan berkata, "Maaf mengganggu, jika kamu melihat wanita ini, tolong katakan saya ada disini ya". Sambil tersenyum. Reaksi orang-orang pun berbeda-beda. Ada yang kaget, ada yang tak peduli, ada pula yang tersenyum bahkan ada satu orang mengajaknya makan hanya untuk sekedar ingin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.
Waktu sudah larut malam, jalanan pun sudah mulai sepi. Virgo menata kantung tidurnya di sudut jalan, kemudian Ia berbaring dan menatap foto yang Ia genggam. Dada-nya serasa sesak. Nampak penyesalan diwajahnya. Ia pun menangis sampai tertidur.
------------------------------------------------------------------
"Bangun kau! Memangnya ini rumahmu? hah?!" Bentak seorang polisi membangunkan Virgo yang tidur di sudut jalan.
"Maafkan saya pak." kata virgo sambil merapikan kantung tidurnya.
"Ikut saya ke kantor." Polisi tua berperawakan hitam kekar yang gagah dan tampan itu menariknya.
Dikantor polisi virgo disuruh mandi dan di beri sarapan (lah kok enak ya..), kemudian Ia diajak berbicara oleh polisi tersebut.
"Baru pertama kali saya melihat ada gelandangan tidur disitu, kamu tahu kan itu bukan rumah nenek mu?" Sang polisi membuka pembicaraan.
"Tahu pak, tapi saya bukan gelandangan."
"Lalu kamu ngapain disana?"
"Saya menunggu seseorang pak".
"Menunggu? Sampai tertidur? Siapa yang kau tunggu?"
"Mantan pacar saya pak. Saya memang tidak janjian dengan dia, tapi jika suatu hari nanti dia kangen sama saya dan mulai menanyakan saya ada dimana, dia pasti akan ke sudut jalan itu pak, tempat pertama kali kami bertemu dan Ia nantinya akan menemukan saya disana pak. Jadi, saya tidak akan kemana-mana pak. Saya akan tetap disitu." Ucap Virgo.
"Sudah gila ya nak? segitunya? knapa tidak kau temui saja ketempat dia berada sekarang?" Kata polisi itu terheran-heran.
"Saya tidak tahu sekarang dia ada dimana pak. Yang saya tahu, dia pasti akan datang kesini pak. Pasti."
"Baru pertama kali saya menemui orang segila kamu, siapa nama mu?"
"Virgo pak."
"Oke, Virgo. Terserah kamu mau disana sampai kapan. Asal jangan membuat onar. Saya yakin kamu gak akan lama disana."
"Oke pak........"
"Ferdinand" kata polisi itu sambil menunjuk name tag di dada-nya
"Oh, Oke pak Ferdinand, terima kasih banyak." Ucap Virgo sambil tersenyum. "Ohiya pak, kalau Pak Ferdi melihat wanita ini, tolong katakan saya ada dimana ya pak." Ucap Virgo sambil menunjukan foto Adriana.
"Iya-iya, sudah sana, saya mau lihat sampai kapan kamu bertahan".
"Hmm, Iya pak" ucap Virgo sambil berjalan keluar ruangan.
"Hei, berapa umur mu?" Pak Ferdi bertanya lagi. Nampakya ia mulai tertarik dengan kelakuan pemuda ini.
Virgo hanya menoleh dan berkata, "19 Pak." Lalu tersenyum.
Pak Ferdinand menggaruk-garuk kepalanya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pak Ferdinand memperhatikan Virgo dari pos seberang jalan tempat Virgo berdiri. Sudah dua hari ini polisi itu lebih memilih tidur di pos jaga-nya. Selain karna Ia sedang ada masalah dengan istrinya, Virgo adalah alasan lainnya mengapa ia tetap disitu. Ia memperhatikan Virgo yang tak pernah lelah menanti mantan kekasihnya itu. Sementara itu, sudah larut malam dan Virgo terduduk di kantung tidurnya sambil memasang earphone di telinganya sambil memandang foto mantan kekasihnya itu. Rasa rindu benar-benar sudah menghimpit paru-parunya, kehilangan tulang rusuk memang membuat tubuh terasa tak berdaya. Virgo masih sibuk membayangkan kenangan-kenangan Dia dulu bersama Adriana. Terasa indah memang, namun menyakitkan jika sadar kalau kenangan itu tlah sirna. Ia ingat ketika Ia masih SMK dulu pernah hujan-hujanan sambil jalan kaki melewati SMA lain lalu di cie-cie-in oleh anak-anak SMA situ. Ia ingat ketika mereka pulang PKL naik bis berdua dan bercanda sampai seluruh isi bis melihat ke arah mereka. Ia ingat masa-masa itu, Ia ingat semuanya. Tertanam diotaknya. Semakin digali, semakin sesak rasanya. Ia tak kuat menahan airmatanya.
"Hei." Seseorang menepuk pundaknya, membuyarkan lamunannya.
Ia menoleh, Ia melihat Pak Ferdinand berdiri disampingnya membawa bungkusan dari Burger King. "Nanti saja menangisnya, ayo makan." Kata pak Ferdinand sok cuek sambil duduk disamping Virgo dan membuka bungkusan itu.
"Eh pak. Siapa yang nangis pak? hehe." Kata Virgo cengengesan. "Kok bapak belum pulang?"
"Alah, Bapak tahu dek, bapak dari tadi ngeliatin kamu. Knapa sih kamu nangisin orang yang gak mikirin kamu? masih banyak yang bisa kamu lakuin diumur semuda kamu." Kata polisi itu sambil membuka bungkus burger miliknya.
"Saya gak tahu harus apalagi pak, seluruh masa depan saya saya rancang sama dia. Ketika saya berencana mengakhiri hidup saya, dia datang dan memberikan saya harapan serta tujuan untuk melanjutkan hidup."
"Lalu, kenapa kalian berpisah?"
"Dia memutuskan untuk pergi pak. Salah saya memang, karna telah membuat kesalahan yang berulang-ulang dan menganggap semua itu akan baik-baik aja. ternyata semuanya gak sesuai sama apa yang saya fikirkan. Dan hal ini benar-benar memukul saya hingga saya sadar."
"Sadar akan apa?" Polisi itu mencondongkan tubuhnya kearah Virgo, dia terlihat tertarik dengan obrolan ini.
"Sadar jika kita jangan pernah menyia-nyiakan seseorang. Suatu saat orang akan lelah jika kita terus-terus menaruh beban pada dirinya. Dan ketika dia lelah, kita akan sadar, betapa tak bergunanya kita tanpa dia. Banyak hal yang lebih penting dari keegoisan kita. Karna jika kita mengagungkan keegoisan kita, kita akan kehilangan orang yang telah menyayangi kita. Hft, bahkan disaat dia meninggalkan saya pun, dia tetap memberikan saya pelajaran. Dia benar-benar yang terbaik buat saya. Dan akan selalu begitu." Ucap Virgo sambil mengehela nafas. Rasa nyeri menghampiri jantungnya lagi ketika Ia sadar ia telah kehilangan orang yang sangat berharga itu.
Pak Ferdinand tertunduk diam, Ia membayangkan apa yang telah Ia lakunan terhadap istrinya. Ia sering seenaknya dan merasa bosan dengan istrinya, makanya Ia selalu mencari masalah agar bisa terhindar dari istrinya itu. Kini ia sadar betapa tak bergunannya Ia tanpa istrinya tersebut. Ia takkan bisa mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan istrinya. Ia membayangi wajah lelah istrinya setelah seharian mengerjakan kegiatan rumah tangga. Hatinya terasa nyeri.
"Tidur pak?" Virgo gantian mmbuyarkan lamunan polisi itu.
"Eh, Enggaklah. Cepat habiskan makananmu, nanti saya ingin pulang kerumah."
"Oh, oke pak."
Mereka kembali makan dengan lamunan-lamunan di otak mereka masing-masing.
Hening.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
"Itu cowok yang selalu ada di deket sevel senayan siapa sih? yang megang foto cewek sambil nanya tentang keberadaan cewek itu?" Seorang wanita yang sedang duduk di sevel dekat tempat Virgo berdiri meng-tweet tulisan tersebut.
Mention datang dari sejumlah followersnya yang pernah melihat bahkan pernah ditanya sama Virgo. Kemudian mulai ramai orang-orang yang berkicau tentang Virgo di twitternya. Seketika hari itu juga, virgo menjadi trending topic nomor satu di twitter, sampai ada yang diam-diam mengambil gambar Virgo lalu di twitpic. Virgo menjadi sosok yang terkenal. Media massa pun mulai tertarik dengan Virgo hingga mereka sampai datang ke tempat Virgo menunggu kekasihnya itu.
"Sedang apa kamu disini?", "mau sampai kapan kamu disini?", "Apa yang kamu tunggu?", Rentetan pertanyaan dari berbagai media massa menghampiri Virgo. Sudut jalan telah menjadi ramai sekarang dengan kerumunan masyarakat yang penasaran dengan sosok pemuda yang diperbincangkan oleh banyak orang.
Virgo hanya diam, ia tak menjawab rentetan pertanyaan yang dilontarkan media massa. Ia hanya memandang ke satu kamera, dan berkata, "Hai, Saya Virgo. Ini Adriana. Jika diantara kalian ada yang melihat wanita ini, tolong bilang sama dia kalo saya menantinya disini." kata Virgo sambil menunjukan foto Adriana ke kamera dan ia melanjutkan, "Adriana, jika kamu lihat ini, aku cuma mau bilang, aku gak akan kemana-mana.".
-------------------------------------------------------------------------------------------
"Dasar orang gila". Kata seseorang wanita di depan televisinya. Dilayar terlihat wajah Virgo.
"Heh, knapa sih dek marah-marah sendiri di depan Tivi?" Kata seorang wanita lainnya yang sedang sibuk memasak.
"Liat aja tuh di tivi, nekat banget sih tuh orang". Kata wanita itu dengan nada kesal.
"Oh dia, samperin lah, dia udah berhari-hari loh disitu nungguin kamu".
"Enggak lah kak, ngapain? Dia aja udah jahat sama aku, gak pernah ngasih kabar, eh ternyata deket sama cewek lain. Biarin aja lah."
"Tapi dia keliatan nyesel banget loh Na. Buktinya aja dia sampe desperate gitu nyariin kamu. Namanya manusia pasti kan buat salah, kakak yakin dia sayang banget sama kamu." Kata wanita yang sedang memasak itu yang ternyata adalah kakak dari Adriana.
"Biarlah, Gak peduli lagi aku kak." Kata Adriana sembari meninggalkan ruangan tivi dan masuk ke kamarnya.
"Jangan sampe nanti kamu gantian yang nyesel". Kata kakaknya santai.
"Huh", Adriana menutup pintu kamarnya.
"Hmm, knapa sih Virgo sampe segitunya? Masa iya dia nyesel? tapikan dia udah jahat banget sama gue. Lagi juga ngapain sih pake ada media massa yang nyorot dia? kurang kerjaan banget!". Kata Adriana dalam hati. Ia sudah gak peduli sama Virgo, tapi perasaan sayang gak bisa hilang begitu aja. Terbesit fikiran untuk menemui Virgo, namun gengsinya lebih besar. Dasar Wanita.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Virgo bersandar di tembok, waktu sudah hampir jam satu pagi, dan Ia masih ada disudut jalan. Jalanan hari itu sepi, pak Ferdinand sudah jarang menemani Virgo. Ia lebih memilih pulang dan bercengkrama dengan istrinya.
Virgo sendirian bersandar sambil menatap foto Adriana. Terlihat keputusaasaan di wajahnya, Ia mendengarkan lagu sambil memejamkan matanya. Tiba-tiba...
BRAAAAKK!!!
"HAAH!" Seseorang laki-laki di dalam mobil Honda City nampak kaget. Didepannya terlihat seorang pemuda yang terhimpit mobilnya dan sudah berlumuran darah. Seketika kantuk hilang di wajahnya. Ia memundurkan mobilnya kemudian menghampiri pemuda tersebut. Pemuda tersebut meringis kesakitan, Ia tak mampu untuk teriak kesakitan saking kagetnya. Paru-paru dan jantungnya rusak karena tergores oleh serpihan tulang rusuknya yang hancur, isi perutnya pun sudah hancur akibat terhimpit mobil, dari mulutnya keluar banyak sekali darah. Tanpa fikir panjang, Ia langsung membawa Virgo ke rumah sakit terdekat dan Virgo langsung di tangani di Unit Gawat Darurat. Laki-laki itu merasa menyesal karna telah tertidur di dalam perjalanannya.
Setelah agak lama, Sang dokter keluar ruangandan langsung dihampiri oleh laki-laki tersebut.
"Gimana keadaan pasien dok?" Tanya laki-laki itu panik.
"Sebelumnya jika boleh tahu, anda siapa-nya pasien ya?"
"Saya yang menabraknya dok, gimana keadaannya?"
"Mohon maaf, sang pasien sudah tak bisa terselamatkan lagi nyawanya, dia kehilangan banyak sekali darah, dan beberapa organ tubuhnya juga sudah hancur. tepat jam setengah dua tadi Ia menghembuskan nafas terakhirnya. Ini handphone si pasien, tadi ada di saku celana si pasien. mohon untuk hubungi keluarganya. Permisi".
Laki-laki itu terduduk lemas, Ia mulai mencari kontak orang tua Virgo, tangannya gemetar hebat menyadari apa yang telah Ia lakukan. Ia mulai menghubungi ibu-nya Virgo.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Lalu apa yang terjadi sama laki-laki yang menabrak Virgo pak?" Adriana mulai mengeluarkan air matanya lagi setelah mendengar cerita pak Ferdinand.
"Ia sedang di proses di kantor polisi akibat kelalaiannya".
"Ayo bersiap, Virgo akan segera dimakamkan, lo bawa mobil gue aja na." Radit tiba-tiba datang.
"yuk-yuk-yuk". Kata pak Ferdinand.
Proses pemakaman begitu mengharukan, banyak sekali orang yang datang ke pemakaman itu. Ya, setelah media massa meliputnya beberapa waktu lalu, muncul banyak orang yang bersimpati atas "kegilaan" Virgo. Isak tangis terdengar di pemakaman itu, bahkan langit pun mulai menunjukan kesedihannya, rintik-rintik hujan mulai jatuh bergantian. Sang Ibu tak kuat menahan kesedihannya sampai pingsan, sang Ayah dengan sigap membopongnya. Pak Ferdinand mulai mengeluarkan airmatanya lagi. Ia memeluk erat istrinya, nampaknya sejak Virgo menceritakan tentang kisahnya itu, Pak Ferdinand jadi sadar akan pahitnya kehilangan. Sekarang Ia pun merasakan kehilangan orang yang Ia kagumi. Virgo.
Kerumunan orang mulai membubarkan diri, hanya tinggal Adriana sendiri. Masih menangis. Penyesalan yang Ia rasakan semakin dalam. Ia menyalahkan dirinya sendiri yang tak menemui Virgo. Ia merasa jika Ia menemui Virgo, kejadian ini tak akan terjadi. Namun takdir berkata lain, semua sudah sesuai sama rencana yang maha kuasa.
Sulit memang jika Tuhan sudah punyai keinginan, Dia tak pernah bisa bersabar. Dan sukar bagi mu untuk menang, saat kau berurusan dengan takdir. Karna takdir tak pernah bisa menunggu. Penyesalan tetap menjadi penyesalan. Yang dirasakan Adriana akan terus terbawa di dalam dirinya sampai Ia menghembuskan nafas terakhirnya. Semoga Adriana dikuatkan hatinya, dan semoga Virgo melihat penyesalan Adriana. Agar Ia tenang di alam sana, atau di kehidupan selanjutnya. Tamat.
R.I.P
Virgo Ibrahim (28 Juni 1995 - 21 Januari 2015)
Tamat.