Yap, jadi udah beberapa hari ini gue akhirnya pindah ke tempat yang baru, gue di tempatkan di Pasific Place. Disitu gak enak, tempatnya sepi, teman-temannya cuma sedikit, dan teman-teman gue disitu rata-rata umurnya udah 25an keatas, jadi udah pada tua, jadi gak terlalu nyambung untuk bercanda. Tentu hal ini sangat membuat gue gak nyaman dan bikin gue malas untuk berkembang. Tapi karena ini tuntutan dan gue dibayar, mau gak mau harus gue ikutin. Dan kata Zahra pun, “Apapun yang dipilih, jalanin." Oke gue bakal jalanin. Lagipula ini masih seperti pindah hati kok. Ketika kita berkenalan dengan orang baru pasti kita akan membanding-bandingkan dia dengan mantan kita. Ingat kasus Dini kan? Kalau ada yang belum tahu tentang Dini, klik disini. Btw, tuh anak kabarnya gimana ya?
Kalau untuk soal pindah hati? Ya semenjak putus itu gue langsung kehilangan arah karena memang gue gak punya siapa-siapa lagi. Seperti yang kalian tahu gue jauh dari orang tua maupun saudara-saudara gue. Seorang teman pernah menyarankan untuk mencari pasangan lagi. Dan perjalanan mencari pasangan ini cukup panjang buat gue. Banyak teman-teman gue yang mengenalkan gue kepada teman-temannya yang jomblo. Dan entah karena trauma atau apa, gue pun jadi insecure dan jadi pilih-pilih yang ciri-cirinya jauh dari mantan gue itu. Ketika gue ingin dikenalkan kepada cewek yang berkerudung, gue menolak. Ketika dikenalkan dengan yang pendek dan sekal, gue menolak. Ketika gue dikenalin sama yang jenggotnya sampai leher, gue juga menolak.
Dan sayangnya, cewek-cewek yang gue suka justru malah gak tertarik sama gue. Dan entah kenapa cewek-cewek yang tertarik sama gue ini malah cewek-cewek yang aneh. Gue bukannya menarik perhatian cewek-cewek yang cantik, malah yang dateng cewek-cewek yang aneh, dari yang bau kaki sampai yang mukanya kayak kaki. Pernah baru-baru ini gue deket sama seorang cewek cantik, orangnya aktif dan selalu ngegodain gue. Tapi ternyata baru-baru ini gue baru tahu dia udah punya anak. Iya dia nikah muda dan lagi renggang sama suaminya, ya namanya bocah. Dan ini beneran. Kalo udah begini gue putar balik bubar jalan. Gue bukan tipe orang yang suka ngerebut kebahagiaan orang lain demi kebahagiaan sendiri, kalo gue begitu gue sama aja kayak anjing yang ngerebut kebahagiaan gue itu. Dan masih banyak cewek-cewek yang dekat sama gue namun gue masih belum merasa nyaman untuk terlalu serius. Nampaknya, hukum banding dengan mantan masih tertanam di otak gue. Hingga akhirnya, Lita bilang sama gue, “Jangan terlalu keras sama diri sendiri, perbaikin diri aja dulu."
“Iya sih, gue rasa gue cuma butuh orang yang bener-bener ada disamping gue aja, gue bener-bener gak punya siapa-siapa sekarang." Jawab gue. “Tapi ada seseorang yang lagi bener-bener gue perjuangin Ta. Gue tahu ini gak bakal mungkin dan meskipun mungkin gue harus berjuang bertahun-tahun. Gak tahu kenapa, keinginan gue kali ini gue besar banget." Lanjut gue.
“Ya seperti yang lo bilang Ra, “Perjuangun apa yang lo rasa pantes untuk lo perjuangin"." Balas Lita.
Gue cuma diam dan sedikit tersenyum.
Berbicara tentang kepindahan, dalam hidup kita pasti akan menemui kepindahan-kepindahan entah itu hal yang besar ataupun hanya kepindahan-kepindahan kecil.
Seperti dulu ketika gue masih kecil, gue sering berpindah, yang tadinya gue tidur bersama orang tua gue hingga akhirnya gue pindah tidur sama abang gue, dari yang tadinya gue hanya bermain bersama Haekal sahabat gue hingga akhirnya kami bergabung dengan anak-anak lainnya, kemudian gue pindah-pindah rumah, orang baru, lingkungan baru, kebiasaan baru.
Lalu kepindahan sekolah, dari SD ke SMP lalu ke SMP lainnya dan ke SMK, teman-teman baru, sahabat baru, genk-genk baru, cara bercandaan baru. Kepindahan anggota keluarga, ketika keluarga gue mulai saling memisahkan diri masing-masing ketika perasaan dan fikiran mereka mulai berpindah tujuan.
Dan banyak perpindahan-perpindahan yang ada di diri gue seperti perpindahan cita-cita gue yang tadinya mau jadi Superman lalu karena kebanyakan main counter strike gue pengen jadi teroris, kemudian pengen jadi DJ, koki, atau pelaut yang bisa keliling dunia dan tak perlu menikah karena gue bisa bertemu cewek di setiap tempat gue berlabuh, kemudian menjadi pemain band, manajer sepakbola, dan sekarang cita-cita yang lebih sederhana seperti penulis, sutradara dan (tetep) pemain band. Kemudian perpindahan hati dari satu cewek ke cewek lainnya, dari perasaan biasa-biasa aja pindah menjadi perasaan sayang dan kemudian pindah menjadi perasaan ingin melindungi. Dan masih banyak lagi perpindahan-perpindahan kecil seperti perpindahan gaya rambut, cara berpakaian, genre musik, dan banyak lagi yang bikin gue makin sadar bahwa kita sebagai manusia pasti akan pindah. Tergantung kita berani untuk menghadapinya atau tidak. Meninggalkan zona nyaman kita ke ruang kosong yang baru, yang kita belum tahu seperti apa nantinya. Dan satu-satunya yang bisa kita lakukan hanyalah menerima.
Fajar mulai menyingsing, ayam mulai berkokok, lampu-lampu pun mulai dimatikan, gue kembali meminum secangkir cokelat panas, memindahkannya dari cangkir kemulut gue, kemudian pindah dan menghangatkan tenggorokan gue sebelum di proses di dalam perut gue. Matahari mulai menyingsing, berpindah kembali menyinari Indonesia setelah pergi untuk menyinari negeri lain. Embun pun mulai terjadi, dari zat gas berpindah ke zat cair, lalu membasahi dahi gue beberapa detik lalu menghilang. Tak beberapa lama, gue dikejutkan oleh rintik-rintik hujan kecil. Siklus perpindahan yang rumit ketika air laut menguap menjadi awan di langit biru kemudian awan berpindah tertiup angin menuju langit lainnya, lalu mengembun menjadi hujan. Gue kembali melihat langit yang berwarna abu-abu ini, kemudian tersenyum. Sepertinya gue hanya perlu mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil diantara perpindahan-perpindahan ini.