Monday, September 1, 2014

Wake Me Up When September Ends



September sudah datang.

Bulan ini diawali oleh berita duka. Tepat jam dua belas malam tadi, gue dikabarin kalo nene wafat. Hampir setahun gue gak ketemu sama nene. Padahal kemarin sore gue baru aja berencana mau ke rumahnya. Tapi gue selalu jadi gue, selalu 'telat'. Semoga amal ibadah nene di terima di-sisinya. Amin.

Ditopik lainnya, bulan ini adalah bulan penuh memori buat gue. Ini adalah bulan lahirnya bokap gue. Bulan ini pula gue jadian sama cinta pertama gue. Dan di bulan ini, Kak Iim meninggal.

Bulan ini juga bulan kelam buat Billie Joe Armstrong. Vokalis Greenday.

Tepat hari ini, di tahun 1982, Ayah dari Billie meninggal karena kanker. Waktu itu ia masih berumur 10 tahun. Pemakaman ayahnya terlalu menyakitkan bagi dia dan ia hancur dalam tangisan.  Ia meninggalkan pemakaman lebih dulu, berlari ke rumah dan mengunci dirinya di kamarnya. Ketika ibunya pulang dan mengetuk pintu kamarnya, Billie berteriak, "Wake me up when september ends" (Bangunkan aku di akhir september). Kata-kata itu tersimpan di dalam kepalanya dan akhirnya ia mencurahkan perasaannya lewat musik 20 tahun kemudian. itulah mengapa ia memasukan baris "Like my father's come to pass, 20 years has gone so fast". Dan coba deh kalian liat di youtube stiap ia menyanyikan lagu ini, ia tidak pernah senyum dan ada di salah satu konsernya ia menyanyikkan lagu ini sambil menangis.

Di setiap gue mendengar lagu ini, gue langsung flashback sama masa lalu gue, dimana ketika gue kecil yang hidup bahagia berlima bersama anggota keluarga gue. Hingga sekarang sudah pada memisahkan diri.masing-masing. Gue bahkan gak berhubungan sama sekali sama bokap-nyokap gue. Lagu ini juga mengingatkan gue tentang waktu yag begitu cepat, dan orang-orang yang berubah. Ketika dulu gue disuruh berjanji untuk tidak berubah, sekarang gue malah ditinggalkan karna gue tidak berubah dan justru orang tersebut yang berubah.

Entah apa yang terjadi dalam perjalanan hidup gue. gue masih belum mengerti.

------------------------------------------------------

Ketika tadi gue mendapat kabar tentang meninggalnya nene, gue gak bisa tidur dan banyak berfikir tentang kematian. Tiba-tiba gue teringat obrolan gue sama Alfiya beberapa bulan lalu.

"Jangan pernah jadi orang yang sombong. nanti kita mati juga ga bawa apa-apa selain pahala ibadah dan amal shaleh." Kata dia.

"Amal shaleh?" tanya gue heran.

"Iya, Ilmu yang bermanfaat."

"Maksud kamu?"

"Iya, jadi misalnya kamu mengajarkan orang lain sholat, nah di setiap orang itu sholat, kamu juga akan dapat pahala, sampai mati pun selama dia mengerjakan itu, pahala kamu akan terus bertambah. apalagi kalau orang itu mengamalkan untuk orang lain juga. Pahala kamu jadi makin banyak. Makanya aku mau jadi guru TK atau guru ngaji." jelas dia.

"oh gitu."

Gue gak nyangka dia bisa se-dewasa itu.

Dan gue makin berfikir lagi, apakah hidup ini seperti sebuah investasi? ketika kita menaruh saham/mengamalkan perbuatan baik, kita akan dapat untung ke depannya. Bagaimana jika sahamnya anjlok atau amal perbuatan kita ternyata salah? Kita akan rugi. Apa tuhan menciptakan kita dengan perjudian semacam ini?

Kalau untuk tujuan hidup, jawabannya ada di pedoman hidup gue di surat Adz-Dzariyaat ayat 56,

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 56)

Gue percaya itu. Yang masih membuat gue bingung, kenapa Tuhan menciptakan gue? seseorang yang justru jarang beribadah, banyak melanggar larangan-nya dan suka cengengesan? Jika Tuhan menginginkan manusia beribadah kepadanya, mengapa tidak Ia ciptakan saja orang-orang yang taat beribadah? Rahasia apa yang Ia simpan? dan yang terpenting, Apa arti dari kehidupan ini?

Gue masih belum menemukan jawabannya.

No comments:

Post a Comment