Monday, July 7, 2014

Abdur: "Indonesia Bagaikan Kapal Tua".

 Jaya Indonesia!

Sebagai anak nelayan dari Lamakera,
Saya melihat Indonesia itu seperti kapal tua,
yang berlayar tak tahu arah.
Arahnya ada, hanya nahkoda kita yang tak bisa membaca.
Mungkin dia bisa membaca,
tapi tertutup hasrat membabi buta.
Hasrat hidupi keluarga, saudara, kolega,
dan mungkin... istri muda.

Indonesia itu memang seperti kapal tua,
Dengan penumpang berbagai rupa.
Ada dari Sumatera, Jawa, Madura, Sumbawa,
hingga Papua. Bersatu dalam Nusantara.
Enam kali sudah kita ganti nahkoda,
tapi masih jauh dari kata sejahtera.
Dari dulu, dari teriakan kata, "Merdeka",
sampai sekarang, "Folbek dong kaka".

Nahkoda Pertama,
Sang Proklamator bersama Hatta.
Membangun dengan semangat pancasila
dan terkenal di kalangan wanita.
Ia pernah berkata,
mampu guncangkan dunia dengan 10 pemuda,
tapi itukan masih kurang satu untuk tim sepakbola.
Kalau begini kapan baru kita ikut Piala Dunia?

Nahkoda Kedua, 32 tahun berkuasa.
Datang dengan program bernama "Pelita",
Bapak pembangunan bagi mereka,
bagi saya tidak ada bedanya. TIDAK ADA!
Penumpang bersuara, Berakhir dipenjara,
atau hilang di lautan tanpa berita.
Beda dengan "Dodit Mulyanto", hanya dengan modal biola saja,
Terkenal di Indonesia.

Nahkoda Ketiga, Sang wakil yang naik tahkta.
mewarisi pecah belahnya masa orba.
Belum sempat menjelajahi samudra,
Ia terhenti di tahun pertama.
Dibanggakan di eropa,
Dipermainkan di Indonesia.
Jerman dapat ilmunya, kita dapat apa?
Antrian panjang nonton Film-nya.

Nahkoda Selanjutnya, Sang kyai dengan hati terbuka.
Ia terhenti dalam sidang istimewa,
ketika tokoh-tokoh Reformasi berebut Istana.
"Potong bebek saja! Gitu aja kok repot". Kata Gusdur featuring Ursula.

Nahkoda Kelima,
Nahkoda pertama seorang wanita.
Dari tangan ibu-nya bendera pusaka tercipta.
Kata bapaknya, "Berikan aku sepuluh pemuda".
Tapi apa daya itu di luar kemampuan ibu ber-anak tiga.
Kalau mau sepuluh pemuda,
ambil saja dari followers-nya 'Raditya Dika'.
"Cemungudh ea Qaqa".

Nahkoda Keenam Bagian a,
Kenapa bagian a?
sengaja, biar tetap pada rima "a".
Dua pemilu mengungguli perolehan suara
Dua kali disumpah atas nama garuda.
Tapi itu hanya awal cerita,
Cerita panjangnya terpampang di banyak media.
Lapindo, Munir, Century, Hambalang. Kami menolak lupa!

Kini Ia telah hadir di sosial media,
mungkin bermaksud mengalahkan "Raditya Dika".
Setelah empat album yang entah seperti apa,
mungkin dia akan membuat Film, "Malam Minggu Istana".

----------------------------------------------------

Teman-teman, Kini 2014 telah tiba,
Saatnya kita kembali memilih nahkoda,
Pastikan Dia yang mengerti 'Bhineka Tunggal Ika',
Bukan boneka milik Amerika.

Dia yang mengerti suara kita,
suara kalau Indonesia bisa.
Bukan suara, "Aitakata, eaa eaa"
Atau, "Folbek Dong Qaqaaaa".

Ini cerita tentang kapal tua kita.
Ada yang tidak percaya?
Ada?
SUDAH KALIAN PERCAYA SAJAAA!

No comments:

Post a Comment